Bahasa Arab dan Level Interaksi dengan Al-Qur’an
Ditulis oleh: Muhammad Iqbal Ansari, M.Pd.I (Dosen PGMI UNISKA)
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat muslim merupakan kitab yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Hal ini karena secara sederhana teks Al-Qur’an harus dipahami sehingga menjadi sumber informasi cara menjalani kehidupan. Adapun teksnya harus dilafalkan sesuai aturan untuk digunakan dalam suatu proses peribadatan.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, sebanyak 58,57% muslim di Indonesia belum bisa membaca Al-Qur’an. Guna mengatasi masalah tersebut, pemerintah di beberapa daerah mengeluarkan Perda (Peraturan Daerah) yang mewajibkan siswa muslim bisa baca-tulis Al-Qur’an untuk syarat kelulusan. Hal ini sudah berlaku di Kalimantan, Madura, Sulawesi, dan daerah lainnya. Namun cukup kah hanya sampai di situ?
Mantan Bupati Banjar (2016-2021) yang juga merupakan seorang ulama, KH.Khalilurrahman, pernah memberikan saran agar sekolah atau madrasah seharusnya tidak hanya mengajarkan cara membaca dan menghafal Al-Qur’an, namun juga tafsir-nya.
Ahmad Rafiq dalam artikel Living Qur’an: Its Texts and Practices in the Functions of the Scripture, menjelaskan bahwa Al-Qur’an mempunyai dua sisi yang tidak terpisahkan, yaitu sisi performatif dan sisi informatif. Sisi performatif berkaitan dengan makharijul huruf, tajwid, dan nagham. Sedangkan sisi informatif berkaitan dengan pemahaman terhadap makna setiap lafaz Al-Qur’an, yang kemudian melahirkan berbagai kitab Tafsir. Artinya, Al-Qur’an seharusnya tidak hanya diajarkan pada sisi performatifnya saja, namun juga sisi informatifnya.
Yusuf Qardhawi dalam buku Kaifa Nata’amal Ma’a Al-Qur’an Al-‘Azhim menjelaskan bahwa ada 3 dimensi berinteraksi dengan Al-Qur’an. Pertama atau level paling dasar ialah dengan mendengarkan, membaca, dan menghafalnya. Dimensi kedua yaitu menerjemah, memahami, dan mempelajari tafsir-nya. Dan dimensi ketiga yaitu meyakini dan mendakwahkan isi ajaran Al-Qur’an.
Lantas bagaimana cara meningkatkan level interaksi dengan Al-Qur’an? Rasulullah Saw. bersabda:
(أحبوا العرب لثلاث: لأني عربي والقرآن عربي وكلام أهل الجنة عربي (رواه الطبراني والبيهقي
“Cintailah bahasa Arab karena 3 hal: karena sesungguhnya Aku adalah orang Arab, dan Al-Qur’an diturunkan menggunakan bahasa Arab, dan Bahasa para penghuni surga adaah bahasa Arab.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Jika menilik hadits di atas, maka caranya adalah dengan mempelajari bahasa Arab. Karena Al-Qur’an, hadits, kitab tafsir dan referensi lain tentang Al-Qur’an kebanyakan berbahasa Arab. Berdasarkan data Wikipedia tahun 2022, populasi muslim di luar wilayah arab mencapai 72,9 % di dunia ini. Artinya lebih dari setengah umat Islam di dunia bukan orang yang berbahasa arab. Artinya muslim non-Arab harus mempelajari bahasa Arab untuk memahami Al-Qur'an. Dan perlu kecintaan terhadap bahasa Arab agar umat Islam sungguh-sungguh mempelajarinya. Dan kecintaan terhadap bahasa Arab harus dibangun sejak dini, dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.
Lalu bagaimana agar bahasa Arab disukai? Maka tugas seorang guru agar mengemas pembelajaran bahasa Arab sebagai hal yang menyenangkan, bukan sebaliknya.
Bagaimana caranya? Tentu saat ini sudah banyak metode-metode yang diciptakan agar mudah dan menyenangkan dalam pembelajaran bahasa Arab. Pendidik tinggal meng-upgrade kemampuan dengan mempelajarinya, atau bahkan berkreasi sendiri untuk menciptakan metode yang dianggap efektif dalam pembelajaran. Wallahu A’lam