Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Program Karantina Tahfidzh 1 Hari sebagai Program Akselerasi Hafalan Siswa



Perkembangan pembelajaran tahfizh Al-Qur’an pada dasawarsa terakhir semakin pesat. Hal ini berdasarkan penelitian Sofyan yang bertajuk The Development of Tahfiz Qur’an Movement in The Reform Era in Indonesia. Dalam penelitian tersebut dikemukakan bahwa salah satu indikator pesatnya perkembangan kegiatan menghafal Al-Qur’an di Indonesia ialah munculnya Rumah Tahfizh yang dicetuskan oleh Daarul Qur’an yang diinisiasi oleh Yusuf Mansur. Terdapat hingga 300 buah lembaga di Indonesia yang dinaungi oleh Rumah Tahfizh Daarul Qur’an (Sofyan, 2015). Sistem Rumah Tahfidzh ini hampir sama dengan lembaga pendidikan dayah Tahfizd Ulumul Qur’an yang ada di Banda Aceh. Kedua lembaga ini sama-sama memfokuskan peserta didik untuk menghafal al-Qur’an. Proses menghafal Al-Qur’an dimulai pada sore atau malam hari, setelah para peserta didik selesai mengikuti kegiatan sekolah formal (Barri, 2016).
Berbeda dengan pondok pesantren, Rumah Tahfiz didirikan dengan konsep “jemput bola”, hadir di tengah-tengah masyarakat muslim, sehingga mereka dapat dengan mudah untuk mengembangkan potensi anak-anak mereka dalam menghafal Al-Qur’an. Dan konsep Rumah Tahfizh ini yang kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga pendidikan Al-Qur’an di Indonesia, diantaranya adalah Rumah Qur’an Al-Azhar Al-Syarif yang berlokasi di Desa Manarap, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran di Rumah Qur’an Al-Azhar Al-Syarif dilaksanakan dalam 3 shift, yaitu shift 1, shift 2, dan shift sore. Setiap shift dilaksanakan 3 kali dalam seminggu. Artinya peserta didik aktif belajar dalam 1 minggu sebanyak 3 kali. Berikut adalah jadwal pembelajaran di Rumah Qur’an Al-Azhar Al-Syarif:
1.      Shift 1        : Malam Minggu, Selasa, dan Kamis
2.      Shift 2        : Malam Senin, Rabu, dan Jum’at
3.      Shift Sore   : Sore Senin, Rabu, dan Jum’at


Target peserta didik untuk menghafal setiap harinya ialah 2 baris Al-Qur’an Standar Mushaf Madinah. Sehingga jika ditotalkan, maka peserta didik mampu menghafal 6 baris dalam seminggu (3 kali pertemuan) atau setengah halaman. Berarti dalam 1 bulan target hafalan adalah 24 baris atau 2 halaman.
Namun target ini terkadang tidak tercapai karena beberapa permasalahan, di antaranya peserta didik tidak masuk (izin atau sakit), penguatan hafalan yang telah disetorkan, masih proses tahapan perbaikan bacaan, atau peserta didik baru menghafal ketika berada di Rumah Qur’an bukan di rumah, sehingga terkadang target 2 baris tidak tercapai dan kurang mantap.
Melihat hal-hal di atas, sangat penting kiranya mencari solusi agar peserta didik dapat fokus untuk menghafal dan mencapai target yang direncanakan, terutama dalam menghafal Al-Qur’an surah-surah Juz ‘Amma yang sekarang sudah banyak diwajibkan di beberapa beberapa institusi pendidikan sekolah dasar.
Salah satu dari alternatif untuk memaksimalkan kegiatan menghafal Al-Qur’an tersebut adalah diadakannya program Karantina Tahfidzh 1 Hari di Rumah Qur’an Al-Azhar Al-Syarif Desa Manarap Tengah. Hal ini menjadi solusi berdasarkan hasil penelitian Iqbal Ansari yang merupakan Dosen Prodi PGMI UNISKA MAB tentang Karantina Tahfidzh 1 Hari di Rumah Tahfidzh Al-Haramain yang terletak di Kelurahan Pekapuran Kota Banjarmasin. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa hasil capaian hafalan anak usia SD/MI paling tinggi sebanyak 62 baris, atau 4 halaman 2 baris, yang berarti peserta tersebut rata-rata menyetorkan hafalan 15 baris Al-Qur’an dalam sekali sesi setoran. Peserta yang mencapai hafalan sebanyak ini ialah peserta yang duduk di kelas V (2 orang) dan kelas VI (1 orang). Sedangkan paling sedikit peserta menghafal 30 baris atau 2 halaman. Capaian hafalan hingga 30 baris merupakan yang paling banyak dicapai, yaitu 17 orang, artinya dari 4 kali sesi setoran, rata-rata mereka menyetor hafalan sebanyak 7-8 baris dalam 1 kali sesi setoran Al-Qur’an. Artinya ada peningkatan hafalan peserta didik dalam 1 hari jika mereka difokuskan untuk menggeluti Al-Qur’an.
Tujuan karantina tahfidzh 1 hari adalah untuk percepatan hafalan, dan kegiatan di sekolah setelah karantina adalah ialah muroja’ah, yaitu mengulang hafalan yang telah disetorkan ketika program karantina, sehingga karena telah hafal, waktu pembelajaran akan menjadi efisien, baik untuk perbaikan hafalan dan bacaan.
Selain itu, kegiatan ini bukan hanya berisi kegiatan menghafal, namun juga dilengkapi dengan motivatingIce Breaking, dan game untuk meningkatkan motivasi dan semangat peserta didik untuk menghafal.
*Ditulis oleh: Muhammad Iqbal Ansari, M.Pd.I (Dosen Prodi PGMI UNISKA MAB)